Sabtu pagi tepatnya
tanggal 4 Maret 2017 di sebuah Gedung megah nan luas yakni OMK keuskupan
Laratuka hari yang cerah tanpa kabut itu
telah menjadi saksi sejarah, bahwa dengan ketulusan yang nyata sekelompok guru
muda tengah memilin harapan akan mimpi tentang generasi emas dimasa yang akan
datang. Ketika mentari ramah hadir seakan tersenyum menjemput anak dunia, saya pun bergegas lekas
dengan selaksa harapan. Untuk mendukung Gerakan Literasi yang saat ini tengah
menjadi salah satu program andalan Kementeri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Asosiasi Guru Penulus Indonesia (AGUPENA) Cabang Flores Timur
menggelar Seminar Pendidikan dengan tema “ Lestarikan Gerakan Literasi”.
Hadir dalam kegiatan
seminar ini sebagai nara sumber yakni wakil Ketua DPRD Provinsi NTT, Alexander
Take Ofong, S.Fil, pria sederhana yang penuh dengan gagasan-gagasan yang
briliant, Pimpinan Umum Media Pendidikan Cakrawala NTT. Gusty Rikarno, S.Fil,
pria muda kelahiran Flores Barat yang menurut saya cukup “gila”, pria yang
selalu resah dengan stigma negatif tentang kemiskinan masyarakat Nusa Tenggara
Timur. Thomas Akaraya Sogen, M. BA, lelaki paruh baya yang dilahirkan dari
tanah Solor yang saat ini semangatnya bagaikan anak yang baru berumur tujuh
belas tahun. Dan Diantara deretan lelaki yang menjadi nara sumber yang tak
kalah menawan seorang gadis Nusa Nipa
Santi Sima Gama, S.Psi, gadis lajang dengan julukan si “Perempuan Pena”.
Pesonanya seakan menghipnotis kurang lebih 300 guru-guru dan siswa-siswa kampung
peserta seminar ini.
Kelembutan laku, luwes
dan akrab perempuan pena yang tengah menyelesaikan pendidikan magisternya di
tanah Keraton Jogyakarta, seorang gadis
yang dari auranya sudah pasti bahwa ia merupakan perempuan yang tengah melompat
dari keadaan praliterer ke dalam masa pasca literer. Santi Sima Gama sahabat
buku yang dengan kerelaan hati dan keikhlasan jiwanya telah hadir berbagi
kebahagiaan yang tak mau ia reguk sendiri, Yah memang tidak bisa dipungkiri
Santi Sima Gama telah memainkan perannya sebagai perempuan timur yang
emansipatif, ketulusannya dalam berbagi jelas terlihat dan terdengar bahkan
bisa kita rasakan dengan hati. Merasa terpanggil untuk mewartakan kebaikan demi
jaya generasi Nusa Tenggara Timur mendatang.
Antusiasme peserta seminar
dalam menyimak pemaparan materi semakin memacu semangat para nara sumber,
hingga senja yang dibalut larik pelangi indah itu hampir raib keperaduaanya
akan tetapi, lontaran pertanyaan dan pernyataan seakan tak mampu dibendung,
saya yakin hadirnya perempuan pena telah melepaskan sarung pemasung hingga hampir
setiap peserta kaum hawa sadar bahwa perempuan
kecantikan itu semakin mempesona bila dibarengi dengan kecerdasan.
Semangat berbagi
menjadi tekad yang bulat bagi kami yang tergabung dalam Asosiasi Guru Penulus
Indonesia (AGUPENA) Cabang Flores Timur, kami harus berbangga bahwa seminar
yang dilaksanakan di pusat Kota Kabupaten ini merupakan “ide-ide gila” gila
anak kampung. Berawal dari keresahan terhadap sejuta persoalan yang mendera
sekian banyak guru dan siswa serta anak muda Flores Timur sehingga secara
perlahan tapi pasti Agupena mengisi ruang-ruang hampa yang menjadi harapan para
guru, siswa dan generasi muda flores timur dengan berbagai kegian ini. Sebagai
penyelenggara boleh saya katakan bahwa kegiatan seminar inilah yang paling
banyak pesertanya untuk ukuran Flores Timur. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar