KRITERIA
GURU INSPIRATIF
Oleh Asy’ari
Hidayah Hanafi, S.Pd
A great teacher always inspires. Guru yang
hebat selalu menginspirasi. Sebagain orang akan mengira bahwa menjadi guru
merupakan pekerjaan yang mudah. Jika kita kembalikan kepada makna dasarnya maka sesungguhnya tidaklah
mudah menjalankan profesi sebagai seorang guru. Apalagi menjadi seorang guru
yang mampu mengisnpirasi orang lain terutama murid-muridnya. Saya yakin kita
akan sepakat bahwa guru bukan sekedar mengajar, melainkan juga mendidik dan
menggugah untuk selalu berbuat baik.
betapa menjadi seorang guru merupakan
satu pekerjaan yang sangat menguras tenaga lebih-lebih pikiran. Oleh karena itu
kualitas pikiran adalah faktor penting yang menentukan kualitas pekerjaan dalam
kehidupan kita. Kualitas pekerjaan kita juga ditentukan oleh pikiran kita. Kita
akan dan selalu menggunakan pikiran kita dalam menyelesaikan masalah-masalah
dalam pekerjaan kita. Menjadi guru tidak sekedar bermodal kepiawaian dalam
menyampaikan materi pelajaran transfer
knowledge kepada peserta didik, akan tetapi masih terlalu banyak hal
penting lainnya yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang yang berprofesi
sebagai guru. Mengemban tugas sebagai guru tak hanya sekedar berpusat pada
ranah pelajaran dan pengajaran tetapi juga mengenai sikap tingkah laku yang
baik dan kepribadian yang seyogyanya melekat pada seorang pendidik. Ada
beberapa hal yang menurut saya harus dimiliki oleh seorang guru agar ia layak
dikatakan sebagai guru inspiratif yakni :
1.
Kecerdasan Spiritual
Aspek
spiritual atau ruhaniah merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh
seorang guru, karena tanpa kecerdasan spiritual seorang guru akan kehilangan
arah pijakan dalam proses mendidik anak, secara otomatis jika seorang guru
memiliki kecerdasan spriritual yang tinggi maka kemampuan mengarahkan peserta
didik kepada bagaimana mengenal sang pencipta melalui materi yang diajarkan
menjadi hal yang mudah untuk dilakukan. Pendidik dan pendidikan harus mampu
melakukan pembinaan terhadap ruhani. Pembinaan ruhani memiliki makna dimana
pendidikan harus mampu menciptakan hubungan yang terus menerus antara ruh
dengan Tuhannya dalam saat apapun dan pada seluruh kegiatan apapun serta pada
seluruh kegiatan berpikir dan merasa.Dengan demikian dapat kita pahami bahwa
dalam dunia pendidikan memiliki karakter dan tugas dimana pendidikan tersebut
harus mampu melakukan pembinaan yang baik antara dirinya manusia dengan Tuhan
sang pencipta.
Akal adalah kekuatan manusia yang paling besar dan
merupakan pemberian Tuhan yang paling besar. Melakukan pembinaan tenaga akal
dengan pembuktian dan pencarian kebenaran, lalu ia menempuh dua cara sebagai
berikut: yang pertamaadalah menempatkan strategi yang tepat menurut penilaian
akal fikiran dan yang kedua menyelidiki aturan-aturan alam
dan mengkajinya dengan cermat.
Dengan
demikian bahwa seorang guru dalam melaksanakan pendidikan harus mampu membangun
manusia menjadi manusia yang mampu berinteraksi dengan tuhannya secara baik dan
benar, pembinaan akal akan menjadi manusia berilmu dan mengurangi kesalahan
didalam menjalankan interaksi dengan Tuhannya, jasmani akan memperkuat dirinya
didalam melaksanakan interaksi tersebut sedangkan ruh sebagai penguat jiwa yang
mampu menghubumgkan kontak secara langsung dengan Tuhannya. Artinya
pendidikanlah yang menjadi hal yang utama dalam menata kembali kemampuan otak
agar bekerja sesuai dengan tuntunan.
2.
Kecerdasan Emosional
Disekolah
manapun tidak selamanya seorang guru berhadapan dengan siswa yang enteng, atau
yang baik-baik saja, penurut dan yang mudah diatur. Sebaliknya seorang guru
seringkali berhadapan dengan siswa yang tidak mudah diatur, nakal bahkan ada
yang berulah memancing emosi. Jika demikian apa yang harus kita lakukan? Ketika
hal ini terjadi, seorang guru seringkali memberikan sanksi, mengeluarkan dari
kelas, bahkan memarahi habis-habisan atau justru kita mencoba untuk mempelajari
dengan bijaksana tentang perlakuan siswa tersebut sebelum kita mengambil
kepetusan.
Apapun
tindakan yang kita lakukan untuk mengatasi murid yang kerap kali mengusik
emosi, satu hal yang harus kita ingat, kontrollah emosi dengan baik.
Sebagaimana pendapat Salman Rusydie (2012), bahwa Guru yang baik adalah guru yang mampu mengontrol emosinya
dengan baik. Akan tetapi untuk menjadi guru yang seperti ini bukanlah perkara
yang mudah. Kita harus banyak belajar dan berlatih untuk benar-benar bisa
menjadi sosok guru yang mampu mengontrol emosi.
Oleh
sebab itu, sebagai guru kita perlu
menambah dan memperkaya wawasan menegenai pentingnya mengontrol emosi dan
pentingnya memupuk kesadaran dengan cara membaca buku-buku yang berkenaan
dengan masalah tersebut. Artinya sebagai guru kita dituntut untuk belajar
banyak hal selain mata pelajaran yang kita ajarkan. Yakinlah bahwa semakin
banyak yang kita ketahui, maka semakin mengerti sesuatu yang harus kita lakukan
saat menghadapi masa-masa sulit sekalipun.
3.
Kecerdasan intelektual
Mengutip apa
yang pernah disampaikan Buckminster Fuller sebagai berikut: All children are born geniuses; 9.999out of
every 10.000 are swiftly inadvertently degeniusized by grownups. Sebenarnya
kegeniusan atau kemampuan otak semua manusia itu sama. Namun sayang, seiring
dengan pertumbuhan, kegeniusan itu terkikis atau menjadi terpendam secara tidak
disadari karena pengaruh lingkungan keluarga, masyarakat dan terutama
pendidikan. Otak merupakan anugerah kebanggaan manusia, kebanggaannya tersebut
terkadang menjadikan manusia tersebut menjadi orang yang sombong. Karena otak
yang dimiliki oleh manusia memiliki kelebihan yang sangat besar, dengan otaknya
ia mampu membedakan antara satu dengan yang lainya, mengenal kemampuan-kemampuannya,
memahami cara menggunakannya, serta mencipatakan sesuatu yang baru dari benda
yang diperolehnya dari lingkungannya, baik dibumi maupun dilangit.
Penemuan ilmu pengetahuan dan
penemuan-penemuan baru lainnya sesungguhnya bukanlah sesuatu menentukan, yang
menentukan adalah cara memanfaatkan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru
tersebut, yaitu apakah digunakan untuk tujuan-tujuan damai ataukah untuk
tujuan-tujuan perang. Memang tidak dipungkiri bahwa akal bisa membedakan yang
baik dan yang buruk, tetapi akal itu bukanlah penentu kebenaran.
Kecerdasan
otak atau intelektualitas menjadi aspek yang urgen yang dibutuhkan oleh setiap
individu dalam menjalankan pekerjaannya, tidak terkecuali bagi seorang guru.
Hal inilah yang kemudian diartikan sebagai profesionalisme, apa saja bidang
pekerjaan yang diemban jika diserahkan kepada mereka yang yang profesional dan
mengetahuinya dengan baik jenis pekerjaan tersebut maka ia akan menjalankan
segala sesuatunya penuh dedikasih yang tinggi dan bertanggungjawab, tentu saja
konsekwensinya adalah tercapainya hasil yang maksimal dan berkualitas baik.
4.
Etika dan Estetika
Menurut
Salman Rusydie (2012), bahwa ketika seseorang memutuskan untuk menjadi guru,
maka dengan sendirinya ia harus mampu menjadi pembimbing, pembina pengasuh dan
suri tauladan bagi siswanya. Jika guru melakukan tindakan yang benar maka
tindakan itu akan diterima oleh muridnya.
Seorang guru
harus menempatkan moralitas, kode etik, sumpah jabatan dan janji profesi
sebagai pijakan utama dalam melaksanakan tugas dan karyanya. Urgensi nilai etika dan
estetika sangat besar manfaatnya sebagai usaha pemantapan arah hidup generasi
muda terutama peserta didik dalam berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap mental dalam masyarakat.
Nilai
keindahan dan tata cara dalam berkomunikasi,bertindak, metode, model serta
tutur kata, sopan santun dan tingkah laku. Guru ketika berada didepan kelas
layaknya seorang model yang selalu menjadi perhatian oleh setiap mata peserta
didik, sehingga tanpa disadari semua bentuk ekpresi guru menjadi panutan bagi
siswanya.
5.
Prilaku Sosial
Sebagai
seorang guru yang selalu berinteraksi dengan berbagai pihak. Hubungan antar
guru dengan pimpinannya (kepala sekolah), guru dengan guru, guru dengan orang
tua, guru dengan siswa, dengan demikian relasi sosial seharusnya terus dijaga
agar hubungan mutualisme dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat tercapai.
6.
Kepercayaan Diri
Kepercyaan
diri merupakan hal yang berhubungan erat dengan mental seseorang, ketika
kepercayaan diri seseorang matang maka tekanan psikologis sebesar apapun akan
mampu teratasi dengan baik tanpa ada kesulitan.
Dari
uraian diatas, sebagai guru penulis berharap agar ke-enam point diatas dapat
kita ambil sebagai pijakan dalam membimbing dan mendidik siswa kita dijalan
kebaikan. Meniti jalan generasi kebangkitan.[]